04 September 2011

SUNGKEM


aku sungguh bangga tradisi sungkem kepada orang tua atau istri kepada suami masih di terapkan di dalam keluarga besarku. Sungguh aku ingin menerapkannya pula kelak kepada anak-anakku.

"Bu, ngaturaken sugeng riyadi. Sedoyo lepat kulo nyuwun pangapunten. Kulo nyuwun pangestu. (bu saya mengucapkan selamat idul fitri, semua kesalahan saya tolong dimaafkan. Saya minta doa restu," Begitulah ucapan yang disampaikan sewaktu sungkem.

Suasana haru menyelimuti seisi ruangan. Bahkan anak-anak kecil di sekitar kami berhenti mengoceh, berhenti berloncat-loncatan, berhenti pula merengek. Mereka agak bingung dengan situasi rumah yang biasa ngobrol ramai, dan riuh bercanda berubah penuh tangis sambil saling berangkulan satu dengan yang lain.

Tidak ada yang tidak menangis. Semua berurai air mata. Semua dendam, amarah seolah (dan semoga) luruh dalam satu waktu yang fitri itu. Terima kasih ya Allah atas air mata yang Engkau alirkan di mata kami. Semoga akan menjadi pencuci dosa dan amarah kami. Terima kasih juga untuk waktu yang telah Engkau berikan sehingga kami bisa berkumpul dengan ibu dan sanak saudara di kampung halaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar