23 November 2011

Gosip abu-abu ( 2) : Ada cinta di Bromo


Berita itu kembali menyeruak. Gosip abu-abu Davina dan Arik kembali berhembus. Bagai asap yang menyelubungi udara kampus dan menggelitik telinga siapa saja yang mendengarnya. "Ternyata antara Davina dan Arik memang ada apa-apa. Ada sesuatu diantara mereka," begitu bunyi gosip heboh itu. Cerita punya cerita ternyata asal muasal asap pekat itu dari sebuah foto misterius yang terpampang di pameran foto 'arek-arek' pecinta alam yang digelar selama seminggu ini di dekat pelataran kampus.

Sebuah foto dengan latar belakang pemandangan indah kawah Bromo.  Ada yang menarik dari gambar itu begitu dicermati dengan seksama, Entah siapa yang memulai mengusik foto yang kesannya biasa-biasa saja itu. Banyak gambar pemandangan yang lebih indah dan menakjubkan di pameran yang diambil dalam  perjalanan di sebuah pendakian. Namun foto Bromo itu ada yang membuat penasaran dengan munculnya dua sosok di sana. Siapa mereka? Pertanyaan itu dalam beberapa hari sempat menggantung di alam pikiran beberapa anggota pecinta alam di sekretariat, terutama anggota-anggota senior.

Redi, cowok yang merasa memiliki hak milik foto itupun mengaku nggak mengenali dua manusia yang terambil di dalam fotonya.  Ia mengarahkan kameranya begitu saja waktu itu ke arah kawah dan juga baru menyadari ada dua sosok yang nampak di sana. Menurutnya kehadiran dua sosok yang sedang nampak bermesraan sambil menikmati pemandangan di hadapan mereka itu memunculkan nilai keromantisan tersendiri. Tidak perduli siapa. Bisa jadi dua orang itu  temannya, tapi mungkin juga orang lain yang juga tengah menikmati kasodo Bromo. Bukankah pengunjung dalam moment kasodo begitu berjubel?  Banyak orang datang dari berbagai tempat, bahkan turis dari luar negeri.

Sabrina dan Yessi baru datang ke lokasi

pameran dan mendengar obrolan seru cowok-cowok  di sana. Beberapa tangan nampak menunjuk sebuah gambar di dinding sambil terus berkomentar dan di sahuti serta ditimpali komentar yang lainnya. Kedua cewek tu tercengang melihat foto heboh itu kini sudah diperbesar, dan keadaannya tidak lagi telanjang, melainkan sudah diberi figura cantik. Posisi memajangnya tidak lagi di depan dan tergabung dengan sekumpulan gambar tentang suasana Bromo, namun sudah dipindah ke belakang karena alasan sedang dalam proses debat mengenai sosok yang muncul di sana.

"Aku kayaknya pernah lihat foto ini. Tapi di mana, ya?" ujar Yessi sambil berpikir. Dengan ukuran lebih besar dibanding sebelumnya yang berukuran post card, memori di dalam otaknya bekerja menggali sesuatu yang bertumpuk-tumpuk yang pernah terekam dalam kepalanya.

"Yes, kayaknya foto cewek ini lebih mirip kamu? Lihat rambutnya. Sama, sebahu. Badannya juga kecil kayak kamu. Jangan-jangan kamu yang ada di foto ini!" tuding Rudi, dengan menatap penuh curiga ke arah cewek mungil itu.

"Ngawur!" bantah Yessi langsung. "Kalau memang itu aku, aku sudah mengumumkannya dari sejak hari pertama pameran!"

"Kalau cowoknya kira-kira siapa, ya?" tanya Alba, si Ketua Umum.

"Iya, aku juga pernah melihat foto ini dengan seukuran seperti sekarang ini. Tapi di mana?" Sabrina juga melontarkan kalimat serupa dengan penasaran. Matanya tajam mengamati foto, yang menggambarkan wajah samar seorang cowok dengan posisi miring. Kelihatannya dia sedang tersenyum lebar. Atau tertawa sambil memandang dengan penuh mesra ke arah cewek di sebelahnya. Sementara si cewek agak memiringkan sedikit kepalanya. Dalam imajinasinya kedua makhluk bahagia itu tengah saling  memandang sambil mengumbar senyum mereka.

"Aku tahu. Aku tahu.!" seru Yessi keras tiba-tiba. Ia menutup mulutnya menyadari suaranya sempat membuat pengunjung menoleh ke arahnya. Sambil meraih pundak Sabrina, ia membisikkan sesuatu ke telinga sahabatnya itu, " Arik, Arik. Kamu ingat, kan, Davina juga punya foto ini di rumahnya?"

"Iya, aku pikir juga dia," gumamnya.

Keduanya mencari Davina dan menemukannya baru keluar dari kelas dengan wajah lesu serta muram. Yessi dan Sabrina langsung membawanya ke kantin. Cewek imut berkulit seputih susu itu sungguh, awalnya banyak yang meragukan kesungguhannya masuk menjadi anggota pecinta alam. Dan kenyataannya memang demikianlah. Berbagai tahapan 'penyiksaan' kala diklat hingga pelantikan, tak ada sikap cengeng yang ditunjukkannya. Ia benar-benar seteguh karang.

"Vin, foto yang di Bromo itu foto kamu sama Arik? " tanya Yessi langsung. Tak sabar menunggu sampai bisa duduk enak di kursi kantin.

Mata bundar itu memandang ke arah keduanya secara bergantian. Meski sudah dalam posisi duduk, ia masih berusaha berpegangan pinggiran meja, seolah khawatir kursi yang didudukinya tak kuat menyangga berat tubuhnya. "Foto di Bromo? Iya. Aku sama Arik."Ia mengakuinya dengan tanpa ragu. Tanpa beban.

"Kamu juga punya foto itu di rumahmu." ujar Sabrina. 

Davina mengangguk sembari menyeruput gelas kopinya dengan penuh nikmat, sama sekali tidak terpengaruh seberapa jauh kedua kakak seniornya itu menginterogasinya. Di bagian belakang foto yang diberikan Arik kepadanya itu bertuliskan,"Selamat Ulang Tahun."

"Aku yakin Arik pasti punya foto itu juga di rumahnya," cetus Yessi dengan nada geregetan. "Kamu tahu apa artinya itu, kan, Vin? Artinya Arik itu suka sama kamu. Arik itu cinta sama kamu! Apa kamu nggak sadar perhatian Arik selama ini sama kamu?"

"Apa benar kamu nggak ada apa-apa sama Arik, Vin?" tegas Sabrina lebih lembut.

Davina hanya mengangkat dua jarinya ke dekat pelipisnya, seraya bersumpah. Seperti yang selalu diakuinya selama ini. Sejauh ini ia masih bisa menyembunyikannya dari siapapun. Arik pergi entah ke mana. Ia juga nggak pernah masuk kuliah. Usai acara pembukaan pameran empat hari yang lalu, Arik menanyakan perjodohannya dengan seseorang yang dia ketahui entah dari siapa.  Mungkin suatu ketika Arik bertemu dengan salah satu sahabatnya yang mengetahui perihal perjodohan itu. Ya, Davina memang dijodohkan dengan seseorang pilihan orang tuanya. Jadi bagaimana mungkin dia bisa menerima cinta Arik?

"Kalau saja kamu tahu, aku di sini adalah karena kamu. Aku bisa saja terbang ke negeri yang terjauh sekalipun. Tapi apa gunanya jika kau tak bersamaku? Aku mencintaimu. Melebihi apapun di dunia ini."

Pesan singkat dari Arik yang diterimanya kala perkuliahan berlangsung siang tadi seakan merobek-robek hatinya. Ia sungguh tidak menyangka berada dalam situasi sulit begitu. Ia menyayangi tunangannya, tapi di lain sisi, ia juga tak sanggup jika Arik meninggalkannya. Ia juga mencintai Arik? Entahlah, ia tidak begitu yakin  dengan perasaannya. Tapi ia benar-benar ingin menangis jika mengingat Arik bakal meninggalkannya.***

1 komentar: